Dalam mencari nilai-nilai luhur yang datang dari sumber-sumber Indonesia sendiri, bangsa ini mempunyai banyak pilihan: nilai-nilai itu bias dicari di agama-agama besar atau kepercayaan yang ada (Hindu,Budha,Islam,Kristen dan aliran kepercayaan/kebatinan) ; Dari system kepercayaan ” asli” Indonesia yakni system kepercayaan purba, wayang menyerap ajaran dan nilai-nilai tentang :
1. penghormatan kepada alam, kemudian berkembang menjadi penghormatan kepada Tuhan, yang merupakan keinginan dasar untuk berhubungan dengan kekuatan-kekuatan Adikodrati.
2. Penghormatan kepada Tuhan menghasilkan penghormatan kepada leluhur dan nenek moyang. Penghormatan kepada nenek moyang menghasilkan penghormatan kepada orang tua atau yang dituakan ( pemimpin guru).
3. Penghormatan kepada pemimpin menghasilkan penghormatan kepada sifat-sifat kepemimpinan/sifat-sifat atau sikap-sikap kepemimpinan yang baik, seperti jiwa kepahlawanan, pengorbanan kepada manusia lain, sifat gotong royong dan sebagainya.
Nilai-nilai itu dalam system kepercayaan dikembangkan menjadi nilai-nilai kesatuan ( kemanunggalan ) manusia dengan Tuhan ( kesatuan dan kehendak ), dengan nilai alam dan manusia lain. Wayang yang tumbuh berkembang secara tradisi di bumi Indonesia sebagai sumber berbagai macam nilai budaya bangsa, khususnya yang menyentuh etika kehidupan masyarakat. Jati diri wayang yang menyangkut asal-usul dan benar sebagai autechtone Jawa atau Indonesia yang mengejewantahkan diri dalam berbagai bentuk dan wujud serta sifat dan watak sebagai upacara adat dan agama, sebagai sastra, sebagai drama, sebagai sarana pendidikan, sarana penyuluhan dan yang secara luas lagi sebagai sarana hiburan. Secara simbolik yang khas wayang mencerminkan pandangan hidup yang Jawa, yang Panca Sila, yang Indonesia. Dunia wayang digolongkan dalam tata nilai ultimum ” kesempurnaan sejati”, yang berjumlah 20 nilai serta tiap-tiap nilainya masih dipecah menjadi 113 butir sub nilai.
Dari system-sistem filsafat dan etika yang bersumber pada agama-agama besar dan karya-karya seni( sastra, tari, seni rupa, theater, musik, dan lain-lain), mengandung ajaran-ajaran ketuhanan, filsafat dan etika. Pada umumnya manusia timur yang dihinggapi ” sindrom penjajahan ” yang menghasilkan ” sindrom pemujaan kepada yang serba Barat” yang ingin dianggap Modern dan itu berarti berkiblat kepada barat dan melihat barat sebagai panacea bagi seluruh keterbelakangan Timur.
Apa yang ditawarkan wayang, apabila diteliti secara kritis, lepas dari chauvinisme yang berlebih-lebihan dan pengagungan masa lalu, akan sangat bermanfat bagi kehidupan bangsa Indonesia, yang dalam kiprah pembangunannya sedang mencari nilai-nilai yang dapat dipergunakan bagi pembangunan watak bangsa. Nilai-nilai yang selama ini terbukti telah teruji keunggulannya oleh kehidupan berbagai zaman, nilai-nilai yang terdapat dalam wayang, yang oleh sejarahnya yang teramat panjang, merangkum nilai-nilai yang berasal dari system etika purba, Hinduisme/Budhisme, Islam dan lain-lain.
Dari Agama Hindu |
|
|
|
Wayang menyerap ajaran-ajaran Hindu 1. Penghormatan kepada alam, nenek moyang, Tuhan dan pemimpin yang dinyatakan dalam ajaran tentang utang ( rna ). Yang menyatakan utang kepada Tuhan, pemimpin, guru,dan orang tua merupakan utang yang tak mungkin dibayar kembali secara penuh oleh manusia. 2. Penghormatan kepada Tuhan yang dinyatakan dalam kepercayaan kepada cosmic order ( rta ) yang menguasai hidup manusia dan pada keharusan manusia menjalani hokum Tuhan ( dharma ), yang dalam kehidupan social dijabarkan dalam darma-darma social yang banyak. Seperti darma siswa ( ashramadharma ), darma anggota masyarakat ( varna dharma ), dan darma kemanusiaan pada umumnya ( sudharanadharma ). Disamping itu hindu mengajarkan manusia untuk bersifat amat toleran. Hinduisme, yang adalah merupakan suatu kumpulan agama-agama dari monoteistis, panteistis, sampai ke monistis, mengakui, adanya banyak kebenaran. Hinduisme mengakui hak-hak pribadi, sebagai dinyatakan dalam ajaran kesempurnaan hidup, yang meliputi kesempurnaan hidup pribadi seorang sannyasin ( manusia suci ) yang setelah menikmati kehidupan keduniaan dalam bentuk penikmatan artha ( kekayaan materi ) dan kama ( kenikmatan biologis ) pada akhirnya memusatkan hidupnya kepada dharma. Ajaran dan nilai-nilai tentang hidup pribadi juga dinyatakan dlam ajaran karma ( hidup manusia adalah hasil tindakannya sendiri ) dan tentang kelahiran kembali ( transmigration of souls ) yang merupakan akibat dari karma-karmanya. | |||
Dari Agama Budha |
|
|
|
Wayang menyerap ajaran dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hidup pribadi,social dan ketuhanan. Ajaran Budhisme Hinayana tentang pencapaian nirvana ( sorga ) atau moksha ( pelepasan atau pembebasan manusia dari lingkungan kelahiran atau samsaracakka ) atas usaha sendiri ( ” You are a lamp into yourself ” ), tentang pencarian ilmu berdasar pengalaman sendiri ( ” Kau tak dapat mengerti apa yang tidak kau alami ” ). Ajaran Ketuhanan Budha yang memusatkan diri pada terpenuhinya dharma ( inti agama dan moral Budha ) dan tentang pencapaian nirvana/moksa melalui Empat Kebenaran Mulia ( the Four Noble Truth ) dan Delapan Jalan Tengah ( the Eighfold Path ) menganjurkan manusia sebagaimana mencapai kesempurnaan hidupnya. | |||
Dari Islam |
|
|
|
Wayang menyerap nilai-nilai yang lengkap tentang bagaimana manusia harus hidup. Islam percaya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi wakil Tuhan diatas bumi dengan tugas khusus atau misi mengatur tata tertib kehidupan di dunia. Untuk itu manusia harus menjalankan semua perintah Tuhan dan menjauhi larangan-NYA. Agar dapat menjalankan semua itu manusia harus memiliki iman yang kuat ( Iman ), menjalankan seluruh syariat/peraturan peribadatan ( Islam ), dan memperlakukan diri sendiri, manusia lain dan alam menurut sila-sila yang telah ditetapkan ( Ikhsan ) | |||
Dalam Katolik |
|
|
|
Wayang menyerap ajaran dan nilai-nilai yang menyangkut masalah keberimanan, peribadatan dan kesusilaan. Turunnya Tuhan ke atas bumi sebagai Isa Al-masih merupakan karya Allah bagi manusia diatas bumi, yakni memberi suri tauladan bagaimana manusia harus hidup menurut Kebenaran Ilahi. Disalibnya Kristus Yesus merupakan perwujudan cinta Allah bagi manusia, dimana konsekuensi cinta adalah pengorbanan-Nya untuk menyelamatkan manusia, sekaligus sebagai pedoman jalan hidup kita agar senantiasa mengasihi sesama sebagai wujud pengabdian cinta kita kepada Allah yang juga mencintai kita secara luar biasa. |
Melihat banyaknya ajaran dan nilai-nilai yang diserap dalam wayang, wajarlah kalau orang jawa atau bangsa Indonesia menganggap wayang sebagai “ensiklopedia hidup”. Kelengkapan ajaran-ajaran dan nilai-nilai wayang tentang manusia, alam, Tuhan,serta bagaimana manusia dapat mencapai kesempurnaan hidupnya. Sebagai pribadi, makhluk social maupun sebagai hamba Tuhan. Dan melihat wayang telah hidup beribu tahun, kita dapat membuktikannya bahwa ajaran dan nilai-nilai itu telah dipakai oleh manusia Nusantara dari zaman ke zaman. Dan dengan demikian terbukti sebagai ajaran dan nilai-nilai yang amat luhur, yang dapat dipaki oleh bangsa Indonesia dalam melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Oleh alas an-alasan ini amat wajrlah kalau bangsa Indonesia melihat wayang sebagai sumber pencarian nilai-nilai etis yang amat lengkap
Belajar buat blog: Blogger